Virus Zika yang mewabah di kawasan
Amerika Latin turut menjadi perhatian negara lain. Dalam keterangannya, Badan
Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan bahwa virus itu akan menyebar ke semua
negara di seluruh Amerika kecuali Kanada dan Chile.
Indonesia juga perlu waspada pada
persebaran virus Zika. Seorang praktisi kesehatan, Dr Ari Fahrial Syam,
mengatakan, antisipasi terhadap penyebaran virus Zika serupa dengan pencegahan
demam berdarah. Virus Zika bisa ditekan kasusnya jika kita dapat melakukan
pemberantasan sarang nyamuk.
"Pencegahan sama seperti pencegahan
infeksi demam berdarah yaitu pemberantasan sarang nyamuk," kata Syam yang
juga Ketua Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia Jakarta Raya
(PAPDI Jaya) di Jakarta, Kamis (28/1/2016).
Langkah pemberantasan sarang nyamuk
yaitu dengan cara yang sudah akrab dengan masyarakat Indonesia. Langkah 3 M
(Mengubur, Menguras dan Menutup) sangat dianjurkan agar tidak ada lagi tempat
nyamuk untuk bersarang.
Selain pencegahannya yang sama dengan
pencegahan demam berdarah, proses penularannya pun juga sama. Penularan virus
Zika juga melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti yang menjadi pembawa virus
Dengue yang menyebabkan penyakit demam berdarah Dengue.
"Infeksi demam berdarah Dengue
sendiri saat ini jumlah kasusnya meningkat di Indonesia yang memang sering
terjadi pada musim hujan. Seperti kita ketahui bahwa selain menjadi vektor atau
pembawa virus Dengue dan virus Zika, nyamuk ini juga membawa virus Chikungunya,"
jelasnya.
Baik virus Zika maupun virus dengue
sama-sama ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti. Gejala infeksi kedua
virus ini pun hampir mirip, yaitu demam. Namun, ada beberapa gejala yang
membedakan ketika seseorang terinfeksi virus Zika atau dengue yang menyebabkan
demam berdarah dengue (DBD).
"Gejala yang menonjol jika
terinfeksi virus Zika adalah mata merah," ujar Ari Fahrial Syam.
Selain demam mendadak tinggi dan mata
merah, virus Zika juga bisa menimbulkan gejala nyeri otot dan sendi, sakit kepala,
lemas, serta kemerahan di kulit badan, punggung, hingga kaki. "Kalau demam
berdarah, timbul bintik merah. Pada kasus berat, sampai pendarahan. Bedanya,
pada DBD, trombosit turun, pada Zika, trombositnya normal," kata Wakil
Ketua Pengurus Besar Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia
(PAPDI) itu.
Terkadang, baik infeksi Zika maupun DBD
hanya memunculkan gejala ringan sehingga sering kali tidak terdeteksi. Menurut
Ari, jika ada pasien yang demam kemudian matanya merah karena mengalami radang
konjungtiva, sebaiknya segera periksa ke dokter.
Ari mengungkapkan, virus Zika sebenarnya
sudah lama ada, termasuk di Indonesia. Infeksi itu pun selama ini tidak lebih
berbahaya dibanding terkena DBD. Namun, saat ini, infeksi virus Zika pada ibu
hamil dicurigai menyebabkan bayi lahir dengan mikrosefali atau kepala kecil
karena gangguan perkembangan otak.
0 comments:
Post a Comment