Serangan DBD di Bojonegoro selama dua bulan ini
cukup banyak. Namun demikian, Bojonegoro masih masuk katagori aman sehingga
belum ditetapkan KLB.
Dinas Kesehatan Bojonegoro mencatat,
jumlah kasus demam berdarah dengue (DBD)
sepanjang Januari – Pebruari sebanyak 153 orang, dan 5 orang dinyatakan
meninggal dunia. Rinciannya, pada Januari jumlah kasus sebanyak 125, dan 3
orang meninggal dunia. Kemudian hingga pertengah Februari sebanyak 28 kasus,
dan 2 orang meninggal dunia.
Jumlah tersebut meningkat dibanding
tahun 2015 lalu di bulan yang sama. Untuk bulan Januari sebanyak 99 kasus dan
satu orang meninggal dunia, sedangkan pada Februari 2015 sebanyak 92 kasus
dan dua orang meninggal dunia.
Meski jumlah kasus DBD di bulan yang
sama pada tahun ini meningkat, namun Pemerintah Kabupaten Bojonegoro belum
menetapkan status kejadian luar biasa (KLB) DBD. Alasannya, penetapan status
KLB ini bukan berdasarkan jumlah korban meninggal dunia. Tapi berdasarkan jumlah
kasus DBD yang meningkat dua kali lipat dibandingkan tahun lalu di bulan yang
sama.
“Belum KLB. Karena jumlah kasusnya tidak
sampai meningkat dua kali lipat di bulan yang sama,” tegas Kepala Seksi
Pengendalian Penyakit Bidang Pengendalian Penyakit dan Pengendalian Lingkungan
(P2PL) Dinas Kesehatan Bojonegoro, dr. Whenny Dyah Prajanti.
Dari jumlah penderita DBD tahun ini,
lima korban meninggal dunia di antaranya berasal dari Desa Kolong, Kecamatan
Ngasem, Desa Pandanwangi, Kecamatan Sumberrejo dan Desa Beton, Kecamatan Kedungadem.
"Penyebaran DBD di daerah kami
tahun ini, terbanyak di sejumlah desa di Kecamatan Sumberrejo, Kedungadem dan
Sugihwaras," jelasnya.
Data di Dinkes, tahun 2015 lalu tercatat
sebanyak 565 kasus DBD, di antaranya tujuh penderita meninggal dunia. Untuk mencegah
penyebaran penyakit DBD di daerahnya ada beberapa cara yang dilakukan
Dinkes Bojonegoro. Yakni dengan cara pemberantasan sarang nyamuk (PSN). Cara
ini tepat guna karena memberantas jentik di tempat berkembang biaknya nyamuk
dengan cara 3M plus yaitu tindakan yang dilakukan secara teratur untuk
memberantas jentik dan menghindari gigitan nyamuk.
3M plus itu dilakukan dengan cara
menguras dan menyikat tempat-tempat penampungan air seperti bak mandi/WC, drum
dan lain-lain seminggu sekali, menutup rapat-rapat tempat penampungan air
seperti gentong air, tempayan, dan memanfaatkan barang-barang bekas yang dapat
menampung air hujan.
Sedangkan plus adalah tindakan
memberantas jentik dan menghindari gigitan nyamuk dengan cara membunuh jentik
nyamuk DBD di tempat yang sulit dikuras dengan menaburkan bubuk temephos
larvasida, memelihara ikan pemakan jentik seperti cupang dan bethik, mengusir nyamuk dengan obat
nyamuk, mencegah gigitan nyamuk dengan lotions, memasang selambu dan kawat
kassa pada jendela dan ventilasi, serta tidak membiasakan menggantung pakaian
di dalam kamar.
“Nyamuk aedes
aegypty ini adalah nyamuk bangsawan, sukanya di air bersih. Jadi mereka
berkembang biak di tempat-tempat genangan air bersih,” kata Whenny.
“Cara ini lebih efektif daripada
fogging. Karena yang diberantas adalah jentiknya. Sedangkan fogging hanya
memberantas nyamuk dewasa,” tegas wanita asal Jember itu.
Menurut Whenny, pemberantasan nyamuk DBD
dengan fooging ini tidak akan efektif jika tidak disertai dengan PSN. Karena
itu, PSN harus dilakukan secara serentak dan terus menerus. Tujuannya, agar
jentik-jentik nyamuk demam berdarah tidak berkembang biak.
“Idealnya PSN dilakukan seminggu
sekali,” pungkas mantan Kepala Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) Desa
Ngumpakdalem, Kecamatan Dander itu.
Pencegahan dengan cara PSN ini mulai
dilakukan desa-desa di Bojonegoro. Mereka melakukan kerja bakti lingkungan
dengan membersihkan tempat-tempat genangan air hujan baik di luar maupun di
dalam rumah.
Seperti yang dilakukan Desa Semambung,
Kecamatan Kanor. Untuk pembersihan tempat penampungan air di dalam rumah, pihak
desa melibatkan kader jumantik yang dibentuk desa. Tugas kader jumantik ini
adalah mendatani satu persatu rumah warga untuk mengingatkan warga agar membersihkan
tempat penampungan air.
“Sedangkan untuk kerja bakti lingkungan
kita lakukan setiap satu bulan sekali,” sambung Enny Rahmawati, Kepala Desa
Semambung dikonfirmasi terpisah.
Hal yang sama juga dilakukan Pemerintah
Desa Bulu, Kecamatan Balen. Pemdes setempat mengajak seluruh warganya melakukan
kerja bakti membersihkan lingkungannya. Kegiatan tersebut dilakukan setiap
seminggu sekali untuk menghentikan penyebaran DB yang sempet meresahkan warga
Bulu.
Kegiatan tersebut didukung Puskesmas
Balen yang langsung terjun ke lapangan untuk menginstruksikan warga tentang
beberapa hal yang harus di lakukan untuk mencegah penularan virus DB. Di antaranya
membersihkan got, membakar ban-ban bekas, rutin menguras kamar mandi dan
kesadaran diri untuk selalu menjaga kebersihan lingkungan.
“Setelah dilakukan fogging ternyata
tidak terjadi perubahan, akhirnya dilakukan kegiatan pemberantasan sarang
nyamuk,” timpal Kepala Desa Bulu, Anto.
Kegiatan ini diawali dari penerapan 3M
yaitu menguras kamar mandi dan gentong, mengubur barang-barang bekas dan
menutup genangan air yang tidak langsung menyentuh tanah. "Langkah ini
akan terus kita lakukan demi menghentikan penyebaran DB," tegasnya.
0 comments:
Post a Comment